Agen Poker Terpercaya |
Agen Poker - Namanya Alison Sagese.
Ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengingat kembali kejadian-kejadian di masa lalu.
Setiap hari, ia harus mencatat kegiatan yang ia lakukan pada aplikasi note di dalam ponselnya.
Namun ternyata, kebiasaan ini tidak dapat membantu banyak hal.
Karena wanita yang berusia 44 tahun ini telah melupakan orang-orang yang ia jumpai hanya selang beberapa jam dari pertemuan itu.
Setiap kali ada orang yang datang ke rumahnya, Sagese akan mengira jika orang itu adalah pencuri.
Dilansir dari laman People, Sagese telah kehilangan ingatan jangka pendeknya sejak 18 tahun yang lalu.
Setelah tersadar dari pingsannya, Sagese tidak lagi bisa mengingat siapa dirinya.
Hal ini bermula ketika Sagese sedang mengunjungi orangtuanya yang ada di Florida pada tahun 2007.
Sagese datang dengan infeksi sinus yang membutuhkan obat antibotik.
Dua tahun sebelumnya, ia mengalami reaksi alergi yang parah terhadap antibiotik makrolida.
Antibiotik itu menyebabkan saluran pernapasannya tertutup.
Akhirnya, Sagesepun memberitahu dokter bahwa ia tidak dapat menggunakan obat jenis tertentu.
Karena saat itu dokter meyakinkan bahwa obat anitibiotiknya aman, Sagesepun tetap menebus obatnya.
Namun ternyata, justru inilah awal mula ia melupakan semua kejadian yang pernah ia alami secara perlahan.
Setelah minum antibiotik itu, Sagese merasa mual dan takut bahwa ini akan menjadi pertanda alergi yang lain.
Namun apoteker tetap menyarankannya untuk melanjutkan minum antibiotik jenis Biaxin ini.
Biaxin merupakan salah satu antibiotik yang mengandung Clarithromycin.
Clarithromycin merupakan antibiotik yang termasuk dalam golongan macrolide.
Biasanya obat ini dikonsumsi untuk menangani infeksi bakteri pada beberapa bagian tubuh.
Seperti infeksi saluran pernapasan dan infeksi telinga.
Biaxin ini biasanya diindikasikan untuk perawatan bronkitis kronis, sinusitis maksilaris akut, Pneumonia dan Faringitis.
Keesokan harinya, Sagese minum obat Biaxin sebelum ia pergi jogging.
Dan benar saja, perubahan hidupnya terjadi setelah Sagese menelan antibiotik itu.
"Saya merasakan tenggorokan saya tercekat dan lidah saya mulai membengkak."
"Saya panik karena tidak ada orang di sekitar."
"Saya hanya ingat bahwa saya melihat pohon dan rumput."
"Setelah itu, semuanya menjadi gelap", ujar Sagese seperti dikutip dari People.
Setelah melakukan scan MRI, dokter menduga bahwa Sagese jatuh pingsan karena reaksi antibiotiknya.
Dan hal itu membuatnya mengalami cedera otak anoxic.
Cedera anoxic biasanya terjadi ketika sel-sel saraf mati dan otak kekurangan oksigen selama beberapa menit atau lebih.
Sejak saat itu Sagese menunjukkan beberapa kejanggalan.
Ia tidak bisa berbicara dan tidak tahu bagaimana caranya makan.
Tidak hanya itu, Sagese seolah kembali menjadi anak kecil yang harus diingatkan ketika makan dan dimandikan.
Ketika di rumah, Sagese tidak dapat mengenali teman-temannya atau orang-orang yang ia cintai.
Bahkan, ia juga tidak lagi mengenali benda-benda yang ia gunakan sehari-hari seperti sepeda atau kucing kesayangannya.
Melihat kondisinya yang cukup memprihatinkan, orangtua Sagese tidak membiarkan hal ini terus terjadi.
Secara perlahan, Sagese kembali diperkenalkan kepada dunia oleh orangtuanya.
Awalnya, Sagese tidak mengenali siapapun di dunia ini.
Setelah enam bulan, ia bisa mengenali siapa ibunya namun tidak bisa mengucapkan kalimat yang biasanya diucapkan oleh orang dewasa.
Setahun kemudian, Sagese masih belum kembali normal seperti orang dewasa.
Tapi setidaknya, ia sudah mulai bisa membaca, menulis dan melakukan hal-hal yang mendasar lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar