Agen Poker Terpercaya |
Agen Poker - Kegiatan spionase (mata-mata) memang ada di dunia.
Negara yang getol mematai-matai rahasia milik negara lain ialah Amerika Serikat dengan CIA nya.
Beragam alat mata-mata canggih selalu diciptakan oleh Amerika Serikat.
Nah, lembaga yang bertanggung jawab atas tersedianya alat mata-mata bagi agen CIA ialah Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA).
DARPA membuat alat mata-mata menggunakan apapun, bahkan seonggok batu yang dipasangi alat penyadap pun bisa mereka gunakan untuk memata-matai negara lain.
Ada berbagai macam teknik/jenis kegiatan spionase.
Human Intelligence (Humint) contohnya yang memakai agen/manusia di lapangan langsung macam film James Bond.
Ada juga Signal Intelligence (Sigint) yang menggunakan alat penyadap sinyal komunikasi.
Ada pula Electronic Intelligence (Elint) yang biasanya menggunakan moda pesawat terbang mata-mata.
Tapi kali ini DARPA sedang menggembangkan teknik terbaru mata-mematai sebuah negara.
Yaitu menggunakan ikan di laut atau lebih tepatnya biota laut.
Program DARPA ini kemudian dinamai Persistent Aquatic Living Sensors (PALS).
Tapi jangan bayangkan biota laut macam ikan langsung diminta untuk memata-matai sebuah negara.
Teknik kerja PALS tak ubahnya seperti gelombang sonar kelelawar.
Yakni sebuah alat pemancar sonar akan ditanamkan pihak US Navy di suatu titik laut.
Sistem komputer khusus di alat pemancar tersebut akan memonitor perilaku kehidupan biota laut dan respons mereka terhadap rangsangan di lingkungan sekitar.
PALS |
Jadi biota laut akan dijadikan sensor bergerak di bawah air akibat alat pemancar sonar tersebut.
Karena jika pancaran sensor mengenai bagian badan biota laut maka akan menghasilkan feedback kepada alat pemancar sensor.
Fungsinya ialah jika anomali ikan tiba-tiba berubah maka bisa dipastikan di dekat ikan itu ada sesuatu benda yang bergerak, besar dugaan benda itu adalah kapal perang atau kapal selam musuh.
Prinsip kerja PALS ini mirip dengan radar.
"Skenario ideal kami untuk PALS adalah untuk memanfaatkan berbagai organisme laut asli, tanpa perlu melatih atau memodifikasinya dengan cara apa pun," kata manajer program PALS, Dr Lori Adornato.
“Jika kita dapat memanfaatkan kemampuan penginderaan bawaan organisme hidup yang ada di lautan, kita dapat memperluas kemampuan kita untuk melacak aktivitas musuh dan melakukannya secara diam-diam, secara terus-menerus, dan dengan ketepatan yang cukup untuk mengkarakterisasi ukuran dan jenis dari kapal musuh," tambahnya.
Mungkin program DARPA ini terlihat mengada-ada dan konyol, padahal mereka pernah mencoba melakukan kegiatan spionase menggunakan dua jenis biota laut.
Angkatan Laut AS sudah menggunakan lumba-lumba hidung botol dan singa laut California untuk misi militer seperti deteksi ranjau di lautan.
Namun pihak AL AS tidak menyebutkan melatih lumba-lumba itu untuk misi penyerangan dan hanya pengumpulan informasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar